Jumat, 22 Juli 2011

Black Death, Bencana Paling Mematikan Di Dunia !

Mungkin kita pernah mendengar atau membaca istilah Black Death, kematian hitam. Bencana Black Death adalah sejarah tentang penyakit yang mewabah dan melayangkan jiwa banyak orang

Black death adalah epidemik wabah penyakit PES dan radang paru-paru yang memporak - porandakan Eropa antara tahun 1347 dan 1351. Black death yang terjadi pada sekitar tahun 1300-an itu mungkin merupakan bencana terburuk yang pernah menimpa peradaban umat manusia di muka bumi ini.

Menyebar keseluruh dunia, black death setidaknya telah membunuh kurang lebih 40 juta orang, termasuk diantaranya 25 juta orang di Eropa. faktanya, black death membunuh satu dari setiap empat orang Eropa hanya dalam waktu empat tahun.

Penyakit ini mungkin berawal dari China, kemudian ditularkan pada orang-orang eropa ketika seorang Kipchak (Mongol) menyerbu sebuah keramaian dengan melemparkan jenazah yang terinfeksi ke tengah pusat perdagangan di Crimea.

Kemudian wabah Tersebut mencapai Genoa pada 1347, lalu menyebar ke bagian barat dan utara,mencapai London dan Paris pada 1348. Wabah itu mungkin dibawa pertama kali oleh kutu tikus yang juga dapat hidup pada manusia. Hal ini kemudian berubah menjadi wabah penyakit radang paru-paru yang menyebar melalui batuk dan bersin.

Setelah wabah black death ini, tanah lapang dipenuhi dengan mayat-mayat, rumah-rumah, desa-desa dan perkotaan menjadi sunyi dan kosong. Setelah itu terjadilah kelangkaan tenaga kerja sehingga upah mereka meningkat dan banyak budak yang mendapatkan kemerdekaan mereka.

Konon, ribuan kerangka manusia yang digunakan sebagai kontruksi dasar bangunan Evora Chapel di Portugal itu merupakan kerangka para korban keganasan wabah black death.


Menurut versi wikipedia, Black Death dijelaskan sebagai berikut:

Kematian Hitam, disebut juga Wabah Hitam, adalah suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14 (13471351) dan membunuh sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula epidemi pada sebagian besar Asia dan Timur Tengah, yang menunjukkan bahwa peristiwa di Eropa sebenarnya merupakan bagian dari pandemi multi-regional. Jika termasuk Timur Tengah, India, dan Tiongkok, Kematian Hitam telah merenggut sedikitnya 75 juta nyawa. Penyakit yang sama diduga kembali melanda Eropa pada setiap generasi dengan perbedaan intensitas dan tingkat fatalitas yang berbeda hingga dasawarsa 1700-an. Beberapa wabah penting yang muncul kemudian antara lain Wabah Italia (16291631), Wabah Besar London (16651666), Wabah Besar Wina (1679), Wabah Besar Marseille (17201722), serta wabah pada tahun 1771 di Moskwa. Penyakit ini berhasil dimusnahkan di Eropa pada awal abad ke-19, tapi masih berlanjut pada bagian lain dunia (Afrika Tengah dan Oriental, Madagaskar, Asia, beberapa bagian Amerika Selatan).
Kematian Hitam menimbulkan akibat drastis terhadap populasi Eropa, serta mengubah struktur sosial Eropa. Wabah ini memberi pukulan serius terhadap Gereja Katolik Roma, institusi keagamaan paling berpengaruh pada saat itu, serta mengakibatkan perburuan dan pembunuhan terhadap kaum minoritas seperti Yahudi, Muslim, pendatang, pengemis, serta penderita lepra. Ketidakpastian untuk tetap bertahan hidup menciptakan suatu kecenderungan yang tak sehat pada masyarakat untuk hidup hanya untuk hari ini, seperti digambarkan oleh Giovanni Boccaccio pada The Decameron (1353).

Kejadian awal di Eropa awalnya disebut sebagai "Mortalitas Besar" (Great Mortality) oleh para penulis kontemporer. Nama "Kematian Hitam" umumnya dianggap berasal dari gejala khas dari penyakit ini, yang disebut acral necrosis, di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal. Catatan sejarah telah membuat sebagian besar ilmuwan meyakini bahwa Kematian Hitam adalah suatu serangan wabah bubonik yang disebabkan bakteri Yersinia pestis dan disebarkan oleh lalat dengan bantuan hewan seperti tikus hitam (Rattus rattus), walaupun ada juga kalangan yang menyangsikan kebenaran hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar